Selasa, 01 September 2015

Sejarah Sumatera Barat

Sejarah Sumatera Barat

Dari zaman prasejarah sampai kedatangan orang Barat, sejarah Suma­tera Barat dapat dikatakan identik dengan sejarah Minangkabau. Walau­pun masyarakat Mentawaididuga te­lah ada pada masa itu, tetapi bukti-bukti tentang keberadaan mereka masih sa­ngat sedikit.

Masa Prasejarah

Di pelosok desa Mahat, Suliki Gunung Mas, Kabupaten Lima Puluh Kotabanyak ditemukan peninggalan kebudayaan megalitikum. Bukti arkeologis yang dite­mukan di atas bisa memberi indikasi bahwa daerah Lima Puluh Kota dan sekitarnya merupakan daerah pertama yang dihuni oleh nenek moyang orang Minangkabau. Penafsiran ini ber­alasan, karena dari luhak Lima Puluh Kota ini mengalir beberapa sungai besar yang bermuara di pantai timur pu­lau Sumatera. Sungai-sungai ini dapat dilayari dan memang menjadi sarana transportasi yang penting dari zaman dahulu hingga akhir abad yang lalu.
Nenek moyang orang Minang­kabau diduga datang melalui rute ini. Mereka berlayar dari daratan Asia (In­dochina) mengarungi Laut Cina Sela­tan, menyeberangi Selat Malaka dan kemudian melayari sungai Kampar,sungai Siak, dan sungai Inderagiri. Setelah melakukan perjalanan panjang, mereka tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta per­adaban di wilayah Luhak Nan Tigo(Lima Puluh KotaAgamTanah Datar) sekarang.
Percampuran dengan para penda­tang pada masa-masa berikutnya me­nyebabkan tingkat kebudayaan mere­ka jadi berubah dan jumlah mereka ja­di bertambah. Lokasi pemukiman mereka menjadi semakin sempit dan akhirnya mereka merantau ke berba­gai bagian Sumatera Barat yang lainnya. Sebagian pergi ke utara, menuju Lubuk SikapingRao, danOphir. Sebagian lain pergi ke arah selatan menuju Solok, Sijunjung dan Dharmasraya. Banyak pula di antara me­reka yang menyebar ke bagian barat, teruta­ma ke daerah pesisir, seperti Tiku, Pariaman, dan Painan.

Kerajaan-kerajaan Minangkabau

Menurut tambo Minangkabau, pada periode abad ke-1 hingga abad ke-16, banyak berdiri kerajaan-kerajaan kecil di selingkaran Sumatera Barat. Kerajaan-kerajaan itu antara lainKesultanan KuntuKerajaan Kandis,Kerajaan SigunturKerajaan Pasumayan Koto BatuBukit Batu PatahKerajaan Sungai PaguKerajaan InderapuraKerajaan Jambu Lipo,Kerajaan TaraguangKerajaan Dusun TuoKerajaan Bungo Setangkai,Kerajaan TaluKerajaan Kinali,Kerajaan Parit BatuKerajaan Pulau Punjung dan Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan-kerajaan ini tidak pernah berumur panjang, dan biasanya berada dibawah pengaruh kerajaan-kerajaan besar, Malayu dan Pagaruyung.

Kerajaan Malayu

Kerajaan Malayu diperkirakan pernah muncul pada tahun 645 yang diperkirakan terletak di hulu sungaiBatang Hari. Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, kerajaan ini ditaklukan oleh Sriwijaya pada tahun 682. Dan kemudian tahun 1183 muncul lagi berdasarkan Prasasti Grahi diKamboja, dan kemudianNegarakertagama dan Pararatonmencatat adanya Kerajaan Malayu yang beribukota di Dharmasraya. Sehingga muncullah Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275-1293 di bawah pimpinan Kebo Anabrang dariKerajaan Singasari. Dan setelah penyerahan Arca Amonghapasa yang dipahatkan di Prasasti Padang Roco, tim Ekpedisi Pamalayu kembali ke Jawa dengan membawa serta dua putri Raja Dharmasraya yaitu Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak dinikahkan oleh Raden Wijaya rajaMajapahit pewaris kerajaan Singasari, sedangkan Dara Jingga denganAdwaya Brahman. Dari kedua putri ini lahirlah Jayanagara, yang menjadi raja kedua Majapahit dan Adityawarmankemudian hari menjadi rajaPagaruyung.

Kerajaan Pagaruyung

Sejarah propinsi Sumatera Barat menjadi lebih terbuka sejak masa pemerintahan Adityawarman. Ra­ja ini cukup banyak meninggalkan prasastimengenai dirinya, walaupun dia tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Raja Minangkabau. Aditya­warman memang pernah memerintah diPagaruyung, suatu negeri yang di­percayai warga Minangkabau sebagai pusat kerajaannya.
Adityawarman adalah tokoh pen­ting dalam sejarah Minangkabau. Di samping memperkenalkan sistem pe­merintahan dalam bentuk kerajaan, dia juga membawa suatu sumbangan yang besar bagi alam Minangkabau. Kon­tribusinya yang cukup penting itu adalah penyebaran agama Buddha. Agama ini pernah punya pengaruh yang cukup kuat di Minangkabau. Ter­bukti dari nama beberapa nagari di Sumatera Barat dewasa ini yang berbau Budaya atau Jawa sepertiSaruasoPa­rianganPadang Barhalo,CandiBia­roSumpur, dan Selo.
Sejarah Sumatera Barat sepe­ninggal Adityawarman hingga perte­ngahan abad ke-17 terlihat semakin kompleks. Pada masa ini hubungan Su­matera Barat dengan dunia luar, ter­utama Aceh semakin intensif. Sumate­ra Barat waktu itu berada dalam dominasi politik Aceh yang juga memo­nopoli kegiatan perekonomian di dae­rah ini. Seiring dengan semakin inten­sifnya hubungan tersebut, suatu nilai baru mulai dimasukkan ke Sumatera Barat. Nilai baru itu akhimya menjadi suatu fundamen yang begitu kukuh melandasi kehidupan sosial-budaya masyarakat Sumatera Barat. Nilai baru tersebut adalah agama Islam.
Syekh Burhanuddin dianggap sebagai pe­nyebar pertama Islam di Sumatera Barat. Sebelum mengembangkan aga­ma Islam di Sumatera Barat, ulama ini pernah menuntut ilmu di Aceh.

Kerajaan Inderapura

Jauh sebelum Kerajaan Pagaruyung berdiri, di bagian selatan Sumatera Barat sudah berdiri kerajaan Inderapura yang berpusat di Inderapura (kecamatan Pancung Soal, Pesisir Selatan sekarang ini) sekitar awal abad 12. Setelah munculnya Kerajaan Pagaruyung, Inderapura pun bersama Kerajaan Sungai Paguakhirnya menjadi vazal kerajan Pagaruyung.
Setelah Indonesia merdeka sebagian besar wilayah Inderapura dimasukkan kedalam bagian wilayah provinsi Sumatera Barat dan sebagian ke wilayah Provinsi Bengkulu yaitu kabupaten Pesisir Selatan sekarang ini.

Masuknya bangsa Eropa

Pengaruh politik dan ekonomi A­ceh yang demikian dominan membuat warga Sumatera Barat tidak senang kepada Aceh. Rasa ketidak­puasan ini akhirnya diungkapkan de­ngan menerima kedatangan orang Belanda. Namun kehadiran Belanda ini juga membuka lembaran baru sejarah Sumatera Barat. Kedatangan Belanda ke daerah ini menjadikan Sumatera Ba­rat memasuki era kolonialisme dalam arti yang sesungguhnya.
Orang Barat pertama yang datang ke Sumatera Barat adalah seorang pelan­cong berkebangsaan Perancisyang ber­nama Jean Parmentier yang datang sekitar tahun 1529. Namun bangsa Ba­rat yang pertama datang dengan tu­juan ekonomis dan politis adalah bang­sa Belanda. Armada-armada dagang Belanda telah mulai kelihatan di pan­tai barat Sumatera Barat sejak tahun 1595-1598, di samping bangsa Belan­da, bangsa Eropa lainnya yang datang ke Sumatera Barat pada waktu itu ju­ga terdiri dari bangsa Portugis danInggris.

Perang Padri

Perang Paderi meletus di Minangkabau antara sejak tahun 1821 hingga 1837. Kaum Paderi dipimpin Tuanku Imam Bonjol melawan penjajah Hindia Belanda.
Gerakan Paderi menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di masyarakat Minang, seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat (opium), minuman keras, tembakau, sirih, juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan dan umumnya pelaksanaan longgar kewajiban ritual formal agama Islam.
Perang ini dipicu oleh perpecahan antara kaum Paderi pimpinan Datuk Bandaro dan Kaum Adat pimpinan Datuk Sati. Pihak Belanda kemudian membantu kaum adat menindas kaum Padri. Datuk Bandaro kemudian diganti Tuanku Imam Bonjol.
Perang melawan Belanda baru berhenti tahun 1838 setelah seluruh bumi Minang ditawan oleh Belanda dan setahun sebelumnya, 1837, Imam Bonjol ditangkap.
Meskipun secara resmi Perang Paderi berakhir pada tahun kejatuhan benteng Bonjol, tetapi benteng terakhir Paderi, Dalu-Dalu, di bawah pimpinan Tuanku Tambusai, barulah jatuh pada tahun 1838.

Dari Perang Padri sampai Perang Belasting

Berakhirnya perang Padri menandai perubahan besar di Minangkabau. Kerajaan Pagaruyung runtuh dan di tempatnya berdiri pemerintahan Hindia Belanda.
Belanda memerintah diatur oleh perjanjian Plakat Panjang (1833). Di dalamnya Belanda berjanji untuk tidak mencampuri masalah adat dan agama nagari-nagari di Minangkabau. Belanda juga menyatakan tidak akan memungut pajak langsung. Hal ini menyebabkan para pemimpin Minangkabau membayangkan dirinya sebagai mitra bukannya bawahan Belanda.
Sebagaimana di daerah lain di Hindia Belanda pemerintah kolonial memberlakukan Tanam Paksa(cultuurstelsel) di Sumatera Barat. Sistem ini menjadikan para pemimpin adat sebagai agen kolonial Belanda.
Penjajahan Belanda berpengaruh besar pada tatanan tradisional masyarakat Minangkabau. Di Sumatera Barat Belanda membuat jabatan baru, seperti penghulu rodi. Kerapatan Nagari dijadikan sebagai lembaga pemerintahan terendah, dan kepemimpinan kolektif para penghulu ditekan dengan keharusan memilih salah seorang penghulu menjadi Kepala Nagari. Serikat nagari-nagari (laras, Bahasa Minang: lareh) yang sebenarnya merupakan persekutuan longgar atas asas saling menguntungkan, dijadikan sebagai lembaga pemerintahan yang setara dengan kecamatan.
Belanda juga berusaha mematikan jalur perdagangan tradisional Minangkabau ke pantai timur Sumatera yang menyusuri sungai-sungai besar yang bermuara di Selat Malaka, dan mengalihkannya ke pelabuhan di pantai Barat sepertiPariaman dan Padang. Pada tahun1908 Belanda menghapus sistem Tanam Paksa dan memberlakukan pajak langsung. Perang Belasting pun meletus.

Gerakan Islam Modernis di Minangkabau

Perlawanan terhadap Belanda di Sumatera Barat pada awal abad ke-20 memiliki warna Islam yang pekat. Dalam hal ini gerakan Islam modernis atau yang lebih dikenal sebagai Kaum Muda sangat besar peranannya.
Ulama-ulama Kaum Muda mendapat pengaruh besar dari modernis Islam di Kairo, yaitu Muhammad Abduh danSyekh Muhammad Rasyid Ridha, dan juga senior mereka Jamaluddin Al-Afghani. Para pemikir ini punya kecenderungan berpolitik, namun karena pengaruh Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang menjadi guru ulama Kaum Muda generasi pertama mereka umumnya hanya memusatkan perhatian pada dakwah dan pendidikan. Abdullah Ahmad mendirikan majalah Al-Munir(1911-1916), dan beberapa ulama kaum Muda lain seperti H. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) dan Muhammad Thaib ikut menulis di dalamnya.
Dari majalah ini pemikiran kaum muda semakin disebarkan. Ulama Kaum Muda menantang konsep agama tradisional yang sudah mapan, menentang taqlid buta, dan merangsang sikap kebebasan berpikir. Tulisan dan pidato mereka memicu pertentangan dan perdebatan sengit di ranah Minang.
Tahun 1918 sebagai kelanjutan perguruan agama tradisional Surau Jembatan Besi berdirilah sekolahSumatera Thawalib. Selain pendirinya H. Abdul Karim Amrullah guru lain yang berpengaruh di sekolah ini adalah Zainuddin Labai el-Yunusiah yang juga mendirikan sekolah Diniyah. Berbeda dengan Sumatera Thawalib yang terutama adalah perguruan agama sekolah Diniyah menekankan pada pengetahuan umum, seperti matematika, ilmu falak, ilmu bumi, kesehatan dan pendidikan. Kedua sekolah ini berhubungan erat.
Banyak tokoh pergerakan atau ulama seperti Ahmad Rasyid Sutan Mansur,Djamaluddin Tamin, H. Dt. Batuah,H.R. Rasuna Said dan Hamkamerupakan murid atau pernah mengajar di perguruan di Padang Panjang ini.
Di kedua perguruan ini berkembang berbagai gagasan radikal. Pada dasawarsa 1920-an sebuah gagasan baru mulai menarik hati para murid sekolah Padang Panjang: komunisme. Di Padang Panjang pentolan komunis ini terutama Djamaluddin Tamin dan H. Datuk Batuah. Gagasan baru ini ditentang habis-habisan Haji Rasul yang saat itu menjadi guru besar Sumatera Thawalib.
Gerakan Islam Modernis ini tidak didiamkan saja oleh ulama tradisional. Tahun 1930 ulama tradisional mendirikan Perti(Persatuan Tarbiyah Islamiyah) untuk mewadahi sekolah Islam Tradisional.

Fakta Sumatera Barat

Fakta Menarik Sumatera Barat

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki daratan seluas 42.297,30 km² yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Provinsi ini berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi,dan Bengkulu. Iklim Sumatera Barat secara umum bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6°C sampai 31,5°C. Provinsi ini juga dilalui oleh Garis khatulistiwa, tepatnya di Bonjol, Pasaman.

Dengan beragam kekayaannya, berikut merupakan wajah Sumatera Barat yang memiliki kekayaan budaya, kekayaan hayati, dan kekayaan yang begitu luar biasa. Hal tersebut terangkum dalam “37 Fakta Menarik Tentang Sumatera Barat”:

Image Credit

1. Bunga Bangkai

Di Sumatera Barat, berbagai spesies langka masih dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia). Hal yang menjadi keunikan bunga ini adalah hanya mekar setahun sekali pada bulan November. Jika kebanyakan bunga berbau wangi, maka berbeda dengan bunga ini yang mengeluarkan bau busuk.  Thomas Stamford Raffles merupakan orang pertama yang mempatenkan bunga ini pada tahun 1818.


2. Harimau Sumatera

Harimau sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu merupakan bukti masih asri dan terjaganya wilayah hutan Sumatera Barat. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) menjadi salah satu Harimau khas Indonesia yang dilindungi pemerintah Indonesia dan Dunia. Saat ini diperkirakan jumlah dari harimau sumatera hanya sekitar 400-500 ekor sebagaimana dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. 


3. Taman Nasional Siberut

Taman Nasional Siberut yang terdapat di pulau Siberut (Kabupaten Kepulauan Mentawai), merupakan salah satu dari duaTaman Nasional yang terkenal di Sumatera Barat, selain Taman Nasional Kerinci. Taman Nasional Siberut memiliki luas 190.500 ha dan berjarak sekitar 155 km dari kota Padang. Dengan pesisir yang terjaga dan 65% dari area ini merupakan hutan hujan yang akansemakin memberi nuansa asri Taman Nasional Siberut. 


4. Taman Nasional Kerinci Seblat

Taman Nasional Kerinci Seblat adalah taman nasional terbesar di Sumatera dengan luas wilayah sebesar 13,750 km². Taman nasional ini terdiri dari Pegunungan Bukit Barisan yang memiliki wilayah dataran tertinggi di Sumatera, Gunung Kerinci(3.805 m). Taman nasional ini juga terdiri dari berbagai mata air panas, sungai beraliran deras, gua, air terjun, dan danau Kaldera, serta gunung Tujuh yang merupakan gunung  tertinggi di Asia Tenggara.


5. Ngarai Sianok

Ngarai Sianok di Bukit Tinggi, yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ngarai Sianok merupakan sebuah jurang yang berkelok dengan kedalaman jurangnya sekitar 100 m dan membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m.

Image Credit


6. Danau Maninjau

Salah satu tempat menarik lainnya di Sumatera Barat adalah Danau Maninjau. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padangdan 36 kilometer dari Bukittinggi. Maninjaumerupakan danau vulkanik yang berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda diRanah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.


7. Gunung Talamau

Gunung Talamau, yang berdampingan dengan Gunung Pasaman, merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sumatera Barat yangmemiliki ketinggian 2,920 meter. Gunung Talamau  termasuk dalam tipe gunung api tidak aktif. Di bawah puncak gunung pada ketinggian sekitar 2.750 m terdapat 13 telaga. Nama-nama telaga diambil berdasarkan beberapa cerita legenda yang diyakini oleh penduduk di sekitar.


8. Danau Singkarak

Danau Singkarak merupakan sebuah danau yang membentang di dua kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yaitukabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar.Danau ini memiliki luas 107,8 km² dan merupakan danau terluas ke-2 di pulau Sumatera. 


9. Air terjun di Lembah Anai

Salah satu dari pesona alami yang terkenal dan menjadi maskot pariwisata di Sumatera Barat adalah Air Terjun Lembah Anai. Orang Padang biasa memanggilnya dengan Aia Tajun atau Aia Mancua Lembah Anai. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 35 meter dan merupakan bagian dari aliran Sungai Batang Lurah Dalam dari Gunung Singgalang yang menuju daerah patahan Anai. Air terjun ini berada di bagian barat Cagar Alam Lembah Anai.


10. Ikan Bilih

Ikan Bilih merupakan spesies ikan endemik (khas) yang hanya terdapat di Danau Singkarak. Ukurannya kira-kira 6-12 cm, sebesar ikan teri ukuran sedang dan pemakan plankton. keunikannya adalah tidak bisa dikembangbiakkan di daerah manapun. 

Senin, 31 Agustus 2015

Wisata Kuliner Khas Sumatera Barat

Masakan Sumatera Barat


Rendang

Masakan Sumatera Barat adalah jenis kuliner yang berkembang di provinsiSumatera Barat. Produk kuliner Sumatera Barat merupakan salah satu yang dikenal luas di Indonesia dan disebut juga dengan istilah Masakan Minangkabau yang diperkenalkan oleh para perantau Minangkabau dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Terdapat banyak resep dan variasi masakan Sumatera Barat berdasarkan daerah, kota atau kabupatennya, antara lain BukittinggiPadang,Padang PanjangPayakumbuhSolok,BatusangkarAgamDharmasraya dan sebagainya. Meskipun beraneka ragam masakan Minangkabau bukan hanya berasal dari kota Padang, Masakan Sumatera Barat telah terlanjur dikenal masyarakat awam dengan sebutan Masakan Padang. Masakan Sumatera Barat dikenal banyak menggunakan santan dandaging, memiliki rasa pedas dari penggunaaan bumbu dan rempah-rempah.

Makanan utama

Masakan berikut merupakan hidangan utama yang dihidangkan dengan nasi. Di restoran masakan Minang, makanan ini disajikan sekaligus di atas meja.
Susunan piring direstoran Padang bertingkat-tingkat

Makanan selingan

Makanan berikut dihidangkan tanpa nasi, dengan ketan, atau memakai ketupat.
Bubur kampiun adalah perpaduan dari berbagai bubur yg ada di Sumatra Barat , terdiri dari : bubur kacang ijo, kolak pisang, bubur ketan hitam, ketan sarikayo, lupis.

Kue-kue tradisional Sumatera Barat

Minuman

Es Tebak adalah es campur Minang yg terdiri dari : potongan nangka , kolang kaling, cincau, kelapa muda, tape singkong dan TEBAK itu sendiri , yg dibuat dari campuran tepung beras yg dimasak seperti cendol dan dibentuk seperti mie . Disiram dengan kuah santan yg legit , ditambah sirop merah dan susu kental manis dan Es serut diatasnya.